» TEKNIK STEK BATANG

TEKNIK STEK BATANG

Posted by Catatan Dunia Kuliner on Thursday 4 June 2015


Sahabat Catatan Dunia Kuliner, stek batang adalah merupakan salah satu cara yang umum digunakan untuk memperbanyak tanaman secara vegetatif. Menggunakan teknik perbanyakan ini, sahabat tidak perlu lagi menghabiskan waktu untuk menunggu tanaman memasuki fase generatif menghasilkan biji dari buahnya untuk ditanam, karena bahan tanamnya diambil dari batang atau cabang pohon induk. Beberapa tanaman yang dapat diperbanyak dengan stek batang adalah kedongdong, jambu air, markisa, delima, jeruk, advokad, dan anggur, serta tanaman hias seperti bogenvil, kembang sepatu, mawar, dan melati.
Bahan awal perbanyakan berupa batang tanaman. Stek batang dikelompokkan menjadi tiga macam berdasarkan jenis batang tanaman, yakni berkayu keras, semi berkayu lunak, dan herbaceous.
  • Bahan tanaman yang biasa diperbanyak dengan stek batang berkayu keras antara lain: apel, pear, cemara, dan lain-lain, dengan perlakuan kimia IBA atau NAA 2500 – 5000 ppm. Panjang stek berkisar antara 10 – 76 cm atau dua buku (nodes).
  • Stek batang semi berkayu, contohnya terdapat pada tanaman Citrus sp. dengan perlakuan kimia yang sudah umum yaitu IBA dan NAA 1000 – 3000 ppm dan panjang stek 7,5 – 15 cm. Pada stek batang semi berkayu ini, daun-daun seharusnya dibuang untuk mengendalikan transpirasi. Disamping itu, pelukaan sebelumnya mungkin dapat membantu pengakaran. Untuk stek batang berkayu lunak, contohnya terdapat pada tanaman Magnolia dengan perlakuan IBA atau NAA 500 – 1250 ppm dan panjang stek 7,5 – 12,5 cm. Pada stek batang berkayu lunak ini umumnya akar relatif cepat keluar (2 – 5 minggu).
  • Stek batang yang tergolong herbaceus, dilakukan pada tanaman Dieffenbachia, Chrisanthemum, dan Ipomoea batatas. Pada dasarnya perlakuan auksin tidak pdiperlukan pada stek batang herbaceous ini, tetapi kadang diberikan IBA atau NAA 500 –1250 ppm dan panjang stek yang biasa digunakan adalah 7,5 – 12,5 cm
Stock untuk stek batang harus berasal dari pohon induk yang sehat. Pilih cabang yang telah berumur satu tahun, berdaun hijau tua, berkulit coklat  muda, dan jika kulit arinya dikelupas masih terlihat berwarna kehijauan. Cabang seperti ini memiliki kandungan hormon pertumbuhan  seperti auxin yang tinggi, juga nitrogen dan karbohidrat yang tinggi. Keadaan ini akan mempercepat tumbuhnya akar.

Cabang yang terlalu tua tidak baik  untuk bahan stek karena sangat sulit untuk menumbuhkan akar  karena alasan fisiologis, yaitu regenerasi dari sel yang lambat. Sementara itu cabang yang terlalu muda akan cepat layu dan mati kekeringan karena penguapannya barlangsung cepat.

Cara

  • Ø Cabang stek minimal berdiameter sekitar 1 cm, di ambil dari bagian tengah cabang, kira-kira 0,5 cm dibawah mata tunas yang paling bawah dan 1 cm dari mata tunas paling atas.
  • Kemudian cabang dipotong-dipotong sepanjang 15-20 cm, dengan 3-4 mata tunas disetiap potongan.
  • Pemotongan cabang dilakukan pada pagi hari dengan menggunakan gunting setek atau pisau yang tajam. Jika pisau tidak tajam, permukaan potongan menjadi kasar, memar, dan rusak sehingga sulit membentuk kalus, untuk menutup luka.
Kadang-kadang setek batang yang ditanam sulit membentuk akar, sehingga perlu diberikan perlakuan khusus, misalnya
  •  Mengerat batang. Pengeratan dilakukan agar cabang yang disetek memiliki kandungan karbohidrat dan auksin yang cukup untuk membentuk akar. Penegeratan dilakukan 1-2 bulan sebalum cabang dipotong. Caranya : buat keratan melingkar selebar 2-3 cm pada jarak 30-40 cm dari ujung cabang. Kulit cabang pada batang keratan dibuang, lalu dibiarkan selam 1-2 bulan sampai muncul tonjolon yang menandakan telah terjadi penumpukan karbohidrat dan auksin.
  • Mengetiolasi batang. Etiolasi dilakukan dengan membungkus bagian cabang setek dengan kertas, plastik atau kain. Warna pembungkus sebaiknya hitam agar cahaya matahari tidak dapat menembus kulit cabang yang dibungkus sehingga zat klorofil hilang dan zat auksin berkumpul. Perlakuan ini membuat cabang cepat menumbuhkan akar setelah ditanam.
  • Menggunakan  Hormon tumbuh. Secara alami tanaman menghasilkan hormon tumbuh sendiri, yaitu auksin. Namun kadang-kadang jumlahnya tidak mencukupi untuk membantu pembentukan akar. Oleh karena itu, perlu tambahan auksin dari luar untuk memacunya. Hormon auksin yang digunakan dapat berupa IBA, IAA, atau NAA. Hormon-hormon ini berbentuk kristal sehingga harus dilarutkan terlebih dahulu kedalam larutan alkohol.
Pemberiannya bisa dilakukan dengan cara :
  • Celup cepat
Bahan pelarut yang digunakan adalah alkohol 50% dengan konsentrasi tergantung jenis hormon yang digunakan. Jika hormon yang digunakan IAA, konsentrasinya 500-1000 ppm atau 500-1000mg IAA/ liter pelarut. Jika yang digunakan NAA, sentrasinya 5000 ppm atau 5 g/l pelarut. Sementara itu, jika hormon yang digunakan IBA, konsentrasinya 5000-10000 ppm atau 5-10 g/l pelarut. Setelah itu batang-batang setek disatukan dan 2 cm bagian pangkalnya dicelupkan selam 5-10 detik kedalam larutan hormon.
  • Perendaman
Hormon auksin dilarutkan terlebih dahulu kedalam alkohol 95%, lalu ditambahkan air sesuai konsentrasinya yang dibutuhkan. Umumnya untuk setek batang tanaman buah, konsentrasinya 100 ppm dengan lama perendaman 1-2 jam. Sementara itu, untuk tanaman yang gampang berakar seperti beberapa jenis tanaman hias, konsentrasinya hanya 5 ppm dengan lama perendaman 1- 5 menit.
  • Bentuk Tepung ( penepungan)
Tepung dibuat dengan melarutkan hormon auksin kedalam alkohol 95% dengan konsentrasi 1000-5000 ppm, lalu dimasukkan 1 kg tepung bedak dan diaduk. Campuran tersebut dikering-anginkan sampai seluruh alkohol menguap. Jika tak ingin repot membuatnya, kita dapat menggunakan hormon tumbuh bebrbentuk tepung siap pakai seperti Rhizopon A yang mengandung NAA, Rhizopon B yang mengandung IAA, atau Rootone- F yang mengandung empat jenis tersebut.
Caranya , bagian pangkal setek dibasahi dengan air, lalu disentuhkan kedalam tepung dan diketuk-ketuk agar tepung  yang melekat tidak berlebihan. Cara lain, Rootone-F yang berbentuk tepung dicampur dulu sedikit dengan air sampai mencapai pasta, lalu pangkal setek dicelupkan kedalam pasta tersebut.
  • Setelah di beri hormon tumbuh, setek batang siap disemai didalam kotak kayu, pot atau bedengan. Media semai yang digunakan dapat berupa pasir atau campuran pasir dan sekam padi dengan perbandingan 2: 1 atau 3: 1 atau campuran pasir, lumut, dan tanah gembur denga perbandingan 2 : 1:1. Ketebalan media pada wadah semai dan bedengan 25-30 cm dan dilapisi pasir setebal 5 cm. Stek ditanam dengan menancapkan bagian pangkal setek kedalam media sampai hanya tersisa dua mata tunas di permukaan tanah. Posisi setek sebaiknya agak miring sekitar  45%. Jika setek masih memiliki daun, posisinya daunnya harus berada diatas permukaan media. Setelah itu media disiram kembali.
  • Untuk menjaga kelembaban agar tetap tinggi, permukaan media persemaian ditutup dengan plastik transparan. Jika penyemaian dilakukan dikotak akyu atau pot, wadah cukup ditutup dengan lembar plastik bening. Sementara itu, jika penyemaian dilakukan dibedengan, buatkan sungkup dari plastik transparan yang menutupi seluruh permukaan bedengan, lalu bedengan disiram dengan air setiap hari. Biasanya setek batang mulai berakar setelah 2-3 bulan disemai. Batang setek yang tidak tumbuh sebaiknya dibuang. Setelah akarnya terlihat berwarna coklat dan cukup banyak, setek dapat dipindah ke polibag untuk dibesarkan.
Penyungkupan tanaman stek dapat mengurangi proses penguapan tanaman, dan ini merupakan tujuan utama dalam penyungkupan tersebut agar proses penguapan oleh daun tidak tinggi sehingga pertumbuhan akar tidak terhambat.Peranan daun pada stek cukup besar  karena daun akan melakukan proses asimilasi dan hasil asimilasi tentu dapat mempercepat pertumbuhan akar, tetapi jumlah daun yang terlalu banyak akan menghambat pertumbuhan akar stek oleh karena penguapan yang cukup besar.

Membuat Larutan Hormon

Konsentrasi kelarutan hormon didalam air biasa disebut dalam istilah part per million atau ppm yang mengacu pada jumlah miligram hormon per 1 liter air. Larutan 1000 ppm berarti terdapat 1000 mg ( = 1 gram) hormon di dalam 1 liter air.
Jika anda ingin membuat larutan 2000 ppm maka anda dapat melarutkan 1 gram hormon ke dalam 0,5 liter air ( = 1000mg / 0,5 liter = 2000mg / liter = 2000 ppm)
jika sahabat ingin membuat larutan hormon dengan konsentrasi 1000 ppm, maka sahabt dapat melarutkan 1 gram ( = 1000 mg) hormon di dalam 1 liter air.
Jika sahabat ingin membuat larutan 500 ppm maka sahabat dapat melarutkan 1 gram hormon ke dalam 2 liter air ( = 1000mg / 2 liter = 500mg / liter = 500 ppm)
Jika sahabat ingin membuat larutan 100 ppm maka sahabat dapat melarutkan 1 gram hormon ke dalam 10 liter air ( = 1000mg /10 liter = 100mg / liter = 100 ppm)
Demikian seterusnya.

(Hormon Auksin (IAA - Indo Acetat Acid))


Sumber:

Pratiknyo Purnomo Sidhi, et all, Perbanyakan Dan Budidaya Tanaman Buah-Buahan, International Center For Research In Agroforestry dan Winrock International, 2002
http://willy.situshijau.co.id/downloads/perbanyakan-vegetatif
http://made8.wordpress.com/2009/06/12/bahan-ajar-pembiakan-vegetatif-pertemuan-iii-iv/
Berbagai sumber di Internet


0 comments:

Post a Comment

Advertisement

Popular Posts

.comment-content a {display: none;}